Warm Bodies adalah salah satu film keturunan Beauty and the Beast abad modern. Film dengan tema ini muncul dan sukses besar pertama dengan kehadiran Twilight, di mana Bella si cantik berpasangan dengan vampir/drakula yang "berperan" sebagai the beast (padahal cakep xD). Warm Bodies pun tidak ketinggalan mengangkat trend yang sama dengan mensintesis tema tersebut dengan tema lain yang sedang hot : zombie.
Yap! Pacaran sama zombie? What! Sebuah ide yang bahkan gak akan pernah terlintas di benak cewek atau cowok mana pun di dunia ini.
Warm Bodies mengisahkan kisah cinta antara Julie, gadis muda anak seorang letnan, dengan R, seorang (orang?) zombie yang sedang mencari arti hidupnya (atau matinya?). Namun, kisah antara Julie dan R (ada yang bilang ini maksudnya Juliet and Romeo) ditentang oleh ayahnya yang menganggap R tetap hanyalah sebuah badan tak bernyawa yang hobinya makan orang.
Kalau ditanya apakah pada akhirnya R dan Julie akan hidup bahagia selamanya, jawabannya pasti IYA. Tapi, yang membuat gue pada akhirnya tetap membeli karcis dan mengambil bagian di dalam teater adalah bagaimana jawaban IYA itu didapat.
Untuk para kritikus film, Warm Bodies sebetulnya bisa menjadi sasaran empuk karena memang banyak hal yang bisa dikritik, antara lain adalah make up si R yang terlihat selalu berubah, akting si zombie ganteng yang kadang "sekip", alur cerita yang menurut gue kurang ter-expand, dsb. Tapi, berhubung gue cuma penyuka, ini adalah salah satu recommended film buat lo yang ingin mencari horor, komedi, aksi tembak-tembakan, dan cinta dalam satu paket.
Ya, yang gue maksud kurang terexpand adalah karena film ini memiliki empat tema sekaligus, sayang sekali yang terlalu menonjol cuma tema cintanya. Padahal kalau horor, komedi, dan aksinya juga diperdalam, bisa mengalahkan Twilight gue rasa.
Kalian perlu banyak asumsi untuk nyambung di film ini. Misalnya, yang di awal cerita dibilang zombie gak bisa ngomong, tiba-tiba makin ke belakang si R bisa bercakap-cakap dengan baik. Gue sih berasumsi kalo tiap kali makan orang, maka si R akan mendapat skill baru untuk ngomong, nyetir, mengenali tempat-tempat, dan memiliki perasaan. Kalo nggak gitu, lo bakal banyak tanya 'kok gini kok gitu, kan tadi gini tadi gitu'.
Sebetulnya sih dibilangin kalo tiap R makan orang tuh, dia bakal mendapat perasaan, kenangan, dan memori korbannya.
Gimana pun, gue suka banget sama ni film. Opening yang oke yang langsung menyorot si R dengan monolognya, proses ketemu Julie, saat perang melawan setan tengkorak yang disebut "Bonny", sampe akhirnya si R kembali menjadi manusia.
Kalo buat gue sendiri sih yang underexpectation adalah si zombie sendiri. Gue berharap bahwa si R awalnya adalah zombie buas dan kejam kayak di film-film zombie lain. Sehingga itu akan membuat semakin penasaran bagaimana zombie kayak gitu bisa jatuh cinta sama makanannya. Tapi, ternyata si R pada dasarnya memang zombie 'baik hati' dan tidak seberingas zombie kayak di film zombie umumnya.
Ini juga yang mungkin akan menjadi kritik dari para penggemar film zombie. Pewatakan zombie yang terkesan "nanggung" menjadi nilai sedikit minus untuk film ini. Satu-satunya yang menjaga zombie dalam film ini tetap zombie adalah hobi makan orangnya dan cara jalannya yang khas. lol
Warm Bodies sendiri menurut gue adalah sebuah konklusi atau kesimpulan dari semua film zombie lainnya. Saat film zombie lain masih "bingung" bagaimana mengakhiri filmnya sehingga endingnya selalu gantung, Warm Bodies memiliki penyelesaian sendiri untuk membuat penontonnya gak merasa digantungin.
Konklusi yang dibuat Warm Bodies adalah sebuah statement tak tersirat bahwa mereka akan sembuh dengan kekuatan cinta. Sama seperti film zombie lain, di Warm Bodies pun diceritakan singkat bahwa mereka jadi zombie karena penyakit, atau hal-hal biologis lain. Dan di ending dikisahkan bahwa cinta antara Julie dan R membangkitkan memori zombie lain sehingga mereka perlahan semakin hidup.
aaaaa....seru pokoknya!
Bagian yang gue suka adalah saat para manusia dan zombie hidup berdampingan. Para manusia dengan tulus membantu para zombie untuk mendapat kembali kehidupan manusia mereka. Rasanya sedikit menyinggung kehidupan nyata di mana terjadi konflik di mana-mana antar sesama manusia, padahal dalam film itu diceritakan manusia bisa hidup damai dengan mereka yang belom manusia.
Tema baru, cerita oke, dan akhir yang mentereng seolah mengikis kekurangan-kekurangan minor yang ada dalam Warm Bodies. Sebuah film cinta epik yang memiliki konklusi indah yang seolah ikut mengakhiri film zombie lainnya.
Yap! Pacaran sama zombie? What! Sebuah ide yang bahkan gak akan pernah terlintas di benak cewek atau cowok mana pun di dunia ini.
Gothic zombie |
Kalau ditanya apakah pada akhirnya R dan Julie akan hidup bahagia selamanya, jawabannya pasti IYA. Tapi, yang membuat gue pada akhirnya tetap membeli karcis dan mengambil bagian di dalam teater adalah bagaimana jawaban IYA itu didapat.
Untuk para kritikus film, Warm Bodies sebetulnya bisa menjadi sasaran empuk karena memang banyak hal yang bisa dikritik, antara lain adalah make up si R yang terlihat selalu berubah, akting si zombie ganteng yang kadang "sekip", alur cerita yang menurut gue kurang ter-expand, dsb. Tapi, berhubung gue cuma penyuka, ini adalah salah satu recommended film buat lo yang ingin mencari horor, komedi, aksi tembak-tembakan, dan cinta dalam satu paket.
Ya, yang gue maksud kurang terexpand adalah karena film ini memiliki empat tema sekaligus, sayang sekali yang terlalu menonjol cuma tema cintanya. Padahal kalau horor, komedi, dan aksinya juga diperdalam, bisa mengalahkan Twilight gue rasa.
![]() |
imdb.com |
Sebetulnya sih dibilangin kalo tiap R makan orang tuh, dia bakal mendapat perasaan, kenangan, dan memori korbannya.
Gimana pun, gue suka banget sama ni film. Opening yang oke yang langsung menyorot si R dengan monolognya, proses ketemu Julie, saat perang melawan setan tengkorak yang disebut "Bonny", sampe akhirnya si R kembali menjadi manusia.
Kalo buat gue sendiri sih yang underexpectation adalah si zombie sendiri. Gue berharap bahwa si R awalnya adalah zombie buas dan kejam kayak di film-film zombie lain. Sehingga itu akan membuat semakin penasaran bagaimana zombie kayak gitu bisa jatuh cinta sama makanannya. Tapi, ternyata si R pada dasarnya memang zombie 'baik hati' dan tidak seberingas zombie kayak di film zombie umumnya.
Ini juga yang mungkin akan menjadi kritik dari para penggemar film zombie. Pewatakan zombie yang terkesan "nanggung" menjadi nilai sedikit minus untuk film ini. Satu-satunya yang menjaga zombie dalam film ini tetap zombie adalah hobi makan orangnya dan cara jalannya yang khas. lol
Warm Bodies sendiri menurut gue adalah sebuah konklusi atau kesimpulan dari semua film zombie lainnya. Saat film zombie lain masih "bingung" bagaimana mengakhiri filmnya sehingga endingnya selalu gantung, Warm Bodies memiliki penyelesaian sendiri untuk membuat penontonnya gak merasa digantungin.
R : Buju buneng! Bening gan! |
aaaaa....seru pokoknya!
Bagian yang gue suka adalah saat para manusia dan zombie hidup berdampingan. Para manusia dengan tulus membantu para zombie untuk mendapat kembali kehidupan manusia mereka. Rasanya sedikit menyinggung kehidupan nyata di mana terjadi konflik di mana-mana antar sesama manusia, padahal dalam film itu diceritakan manusia bisa hidup damai dengan mereka yang belom manusia.
Tema baru, cerita oke, dan akhir yang mentereng seolah mengikis kekurangan-kekurangan minor yang ada dalam Warm Bodies. Sebuah film cinta epik yang memiliki konklusi indah yang seolah ikut mengakhiri film zombie lainnya.
Comments
Post a Comment