Kenapa Harus Datang?

Dalam periode ini, dua unit yang di mana gue terlibat di dalamnya sedang berada pada masa pembentukan anggota baru atau kaderisasi, yang di Depok dengan Pasukan B-nya, yang di Jakarta dengan Pasukan Cadets-nya. Keduanya berjalan dengan program pelatihan yang mirip dengan target untuk berkompetisi di tahun depan, di levelnya masing-masing.

Ada satu hal menarik yang mirip yang gue perhatikan di kedua organisasi tersebut. Satu hal yang gue rasa untuk mereka yang belum paham mungkin akan berpikir, "Apa sih", "Lebay deh", "Segitunya banget", dan lainnya. Satu hal itu terwakili dalam datu kata : Datang. Ya, 'datang', adalah kata yang selalu terucap di setiap evaluasi selepas latihan. Datang, ayo, datang latihan, ajak temen-temennya untuk rajin datang latihan. Pertanyaan yang muncul dari ajakan yang selalu didengungkan tersebut adalah...kenapa harus datang?

Dalam tulisan kali ini, gue coba berbagi hasil pengamatan yang sering gue lakukan kalo bengong terkait kenapa kita harus rajin datang latihan. Ada dua hal umum yang menjadi penyebab kita harus rajin datang latihan :

1. Aspek Teknis

Jelas. Aspek teknis adalah faktor utama yang menjadi alasan kenapa kita harus datang latihan. Organisasi marching band adalah organisasi sistematis yang memiliki program yang terstruktur, pun organisasi tersebut berbentuk ekstrakurikuler sekolah. Sebuah target dan timeline tentang pencapaian teknis yang harus dicapai anggotanya dalam suatu periode tertentu telah disusun sedemikian rupa sehingga terdapat agenda yang harus dilaksanakan di setiap latihannya.

New members of MBUI Snare and Quint in 2010
Misalnya, di bulan Oktober ini, section battery harus sudah bisa mempelajari dan menguasai teknik roll. Dari target besar tersebut, dipecahlah menjadi target per minggu, misalnya minggu ke-1 sudah menguasai legato, minggu ke-2 legato dua tangan, minggu ke-3 diddle, dan seterusnya. Target tersebut akan terus dipecah hingga di dapat target per harinya. Target per hari itulah yang menentukan apa yang akan dilakukan/dipelajari di suatu hari latihan.

Meninggalkan satu hari latihan akan berdampak pada pencapaian target yang diinginkan. Akan terjadi efek domino di mana mundurnya target harian bisa memundurkan target besar per bulan, atau bahkan target utama yang menjadi tujuan program kaderisasi tersebut. Ditambah lagi, organisasi marching band adalah organisasi tim sehingga semua dituntut memiliki perbendaharaan teknik yang rata. Tidak boleh ada satu orang yang tekniknya tertinggal terlampau jauh dari yang lainnya. Sehingga, akan sering dilakukan review di setiap latihannya untuk membantu teman-teman yang tekniknya tertinggal yang padahal, waktu yang digunakan untuk review tersebut seharusnya dapat digunakan untuk mempelajari teknik berikutnya.

Beruntungnya adalah, aspek teknis ini dapat dibantu dengan dilakukannya tambahan di luar waktu latihan reguler. Seorang individu dapat secara khusus meminta kepada pelatih atau staff teknisnya untuk latihan di luar jam yang sudah ditentukan organisasi. Tujuannya tentu untuk mengejar teknik yang tertinggal agar ia dapat menyamakan perbendaharaan teknik yang dimilikinya dengan teman-temannya yang lain yang lebih sering datang.

Namun, kurang beruntungnya adalah, aspek teknis bukan lah satu-satunya jawaban dari pertanyaan 'kenapa harus datang?'. Jawaban lain yang menurut gue kurang diperhatikan adalah

2. Aspek Nonteknis

Emangnya lo dateng ke MB latihan doang? Dateng latihan, apel, cipika cipiki, terus pulang? Plisssss....

Rulture dan Social Connection adalah dua hal yang menjadi jawaban lain kenapa kita harus sering sering dateng ke latihan. Berbeda dengan teknis, dua hal ini adalah hal yang tidak bisa "diobati" dengan tambahan. Pasalnya, dua hal ini lebih banyak terkait di perasaan ketimbang teknis yang lebih banyak terkait di otak. Namun, kedua hal ini tentu menimbulkan pertanyaan baru, "Apaan tuh?"

Oke, gue jelasin sikit yooo

Rulture itu bahasa gue sendiri yang artinya adalah Rules and Culture. Suatu organisasi tentu memiliki aturan dan budaya yang harus diikuti oleh seluruh anggotanya. Hal tersebut merupakan "konsekuensi" atas pilihan seorang individu untuk bergabung dengan sebuah organisasi. Organisasi marching band sendiri memiliki beberapa peraturan dan budaya yang tentu harus diikuti. Soalnya, banyak anggotanya bermasalah di organisasi karena faktor shock culture.

Shock Culture kerap terjadi karena adanya kekagetan yang disebabkan oleh perbedaan antara aturan dan budaya yang ada di dalam organisasi dengan kehidupan mereka sehari-hari. Di organisasi marching band, budaya seperti kerja sama tim, kerja keras, disiplin, gotong royong, dan kebersamaan menjadi hal yang ditekankan. Okelah di dalam kehidupan sehari-hari pun hal tersebut mungkin juga ada, tapi apakah benar-benar ditekankan? Jika iya, kenapa masih banyak yang kaget ketika mendapat hukuman karena terlambat tanpa izin? Kenapa masih ada yang mengeluh karena tidak boleh istirahat kecuali seluruh anggota tim juga beristirahat? Kenapa masih ada yang tidak melaksanakan apa yang diminta, seperti 'tidak boleh bergerak ketika apel'?

Itu baru budaya yang sederhana, lalu bagaimana dengan aturan yang lebih teknis? Seperti prosedur perizinan yang telah ditetapkan, sikap dan perilaku saat di tempat latihan, jadwal piket, atribut latihan, dan semuanya. Aturan-aturan tersebut sebenarnya tidak sulit dilakukan apabila kita dapat beradaptasi dengan baik di dalam organisasi.

Oke, terkait dengan kehadiran.

Semua organisasi pasti tidak serta merta menerapkan aturan dan budaya tersebut secara langsung kepada anggota barunya. Ada fase perkenalan mengenai ada aturan dan budaya apa saja di organisasi, ada fase berikutnya untuk anggota baru agar mengikuti aturan dan budaya yang berlaku, ada fase transisi di mana ketidakpatuhan masih diberikan toleransi dengan belum mendapat konsekuensi yang seharusnya, lalu fase berikutnya yaitu penerapan aturan dan budaya secara utuh.
Hiks hiks. Aku dimarahin terus deh

Tingkat kehadiran kita akan menentukan proses adaptasi kita terhadap aturan dan budaya di dalam organisasi. Mereka yang tidak tahu menahu tentang peraturan dan budaya yang ada lalu tiba-tiba hadir di fase terakhir, tentu akan shock karena dalam satu hari itu selalu mendapat teguran karena tidak menjalankan aturan dan budaya yang berlaku.

Ketidakmampuan individu dalam beradaptasi dalam suatu organisasi akan berdampak pada nyaman atau tidaknya seorang individu terhadap suatu organisasi. Untuk beberapa individu, mungkin ada yang senang dengan aturan dan budaya organisasi yang sistematis dan terstruktur, bahkan sampai membayangkan bahwa Indonesia seharusnya seperti ini. Namun, untuk beberapa yang lain, sistematika dan kedisiplinan yang dimiliki dianggap berlebihan sehingga menimbulkan efek tidak nyaman tadi.

Seperti itulah, Rulture adalah perihal bagaimana kita mampu beradaptasi terhadap aturan dan budaya organisasi. Semakin rajin kita latihan, maka akan semakin mudah kita beradaptasi yang membuat kita nyaman dengan organisasi tersebut. Sebaliknya, semakin sering kita tidak datang, proses adaptasi tadi akan semakin terhambat sehingga menyebabkan perasaan tidak nyaman terhadap organisasi.

Berikutnya adalah Social Connection (SC). Ini mungkin lebih sederhana dan sering dialami oleh banyak temen-temen di organisasi. Mudahnya, SC ini adalah chemistry yang harus dibangun antara anggota yang satu dengan anggota yang lainnya. Kita tidak beraktivitas di suatu organisasi seorang diri, ada teman-teman di kanan kiri kita yang akan menemani kita selama beraktivitas. Nah, jika Rulture tadi terkait nyaman atau tidaknya kita dengan organisasi, maka SC terkait nyaman atau tidaknya kita dengan teman-teman seorganisasi.

Lunch together Cadets 2010
Dengan kita sering datang ke latihan, tentu kita akan semakin sering berinteraksi dengan teman-teman satu organisasi. Kita dapat memahami pola interaksi di dalamnya, mengenal bagaimana sifat dan perilaku mereka, bagaimana mereka menanggapi suatu topik, seperti apa selera humor mereka, dan topik perbincangan atau gosip apa yang sedang hangat diperbincangkan di antara mereka.

Sebaliknya, jika kita jarang datang, maka kita sendiri yang tidak akan merasa nyaman dengan teman-teman yang lain. Kita akan mendengar mereka membicarakan sesuatu yang tidak kita mengerti, lalu tertawa, dan kita sendiri hanya mendengarkan sambil senyum-senyum pahit. Jika setelah itu kita rajin latihan, ibarat menyambungkan jaringan ke perangkat PC baru, maka mungkin saja pada akhirnya kita bisa nyambung dengan teman-teman yang lain selama kita sendiri berniat ingin masuk ke dalam perbincangan mereka. Yang penting, kita bisa sabar dan pelan pelan berinteraksi sambil menunggu kita sepenuhnya terkoneksi dengan aliran data yang sudah terbangun sebelumnya.

Dinner together Perkusi B 2014
SC juga akan mempengaruhi tingkat mood kita selama latihan. Kan seru kalo kita datang ke organisasi di mana di sana kita akan bertemu dengan teman-teman yang seru, terus belajar musik bareng, terus ntar gosip bareng, ketawa-ketawa, dan sebagainya yang membuat mood selalu asik tiap latihan. Dan tentu nggak seru kalo kita datang ke organisasi dan bertemu dengan orang-orang yang sudah punya kehidupan sendiri yang kita belum terlibat di dalamnya. Di saat mereka ketawa, ngobrol, becanda, dan sebagainya; kita cuma senyum senyum nggak ngerti yang bikin bad mood sendiri. Penyebabnya? Ya kita jarang datang sehingga kita belum bisa membangun koneksi dengan yang lain.

Begitulah, itulah sedikit paparan gue mengenai 'Kenapa Harus Datang?'. Banyak hal yang menjadi penyebab kenapa kita harus rajin latihan. Oke lah secara teknis lo jago, tapi bagaimana dengan hal nonteknis? Atau secara nonteknis lo emang supel, tapi emang lo jago? Atau okelah lo jago dan supel, tapi kalo lo jarang dateng kan bikin teman yang lain akan merasa "Sok banget nih orang mentang-mentang jago jadi jarang dateng." dan persepsi lainnya. Intinya, kehadiran kita adalah bentuk penghargaan kita kepada organisasi dan teman-teman kita seorganisasi. Memang kita tidak dipaksa harus tiap hari dateng, apalagi kalau ada perlu, yang penting adalah bagaimana kita bisa mengatur diri dan berkomitmen bahwasanya kita sudah membuat keputusan untuk bergabung ke dalam suatu organisasi.

Comments