Marching Band Sekolah Negeri

Kalo di kesempatan sebelumnya gue udah ngebahas tentang marching band mahasiswa, kali ini gue pengen ngebahas sedikit tentang marching band sekolah negeri.

Berbeda dengan marching band mahasiswa di mana unit-unit besarnya berasal dari PTN, seperti UI, UGM, ITB, Unpad, dan Udayana, di level sekolah justru sekolah negeri tidak tampak tajinya di dunia marching band. Unit-unit sekolah yang langganan bertanding di level GPMB adalah unit-unit sekolah swasta seperti Tarakanita, Santa Ursula, Santa Maria, Sekolah Cendana, Patra Dharma 2, atau pun pesantren seperti Daar El-Qolam, Jaawahirul Hikmah, Darunnajah, La Tansa, dan Darussalam. Lalu, kemana sekolah negeri?

Di era 90-an, kita sempat disuguhkan aksi luar biasa dari unit SMAN 3 Jakarta, Marching Band Gita Teladan. Meraih runner up GPMB 1990 dan 1993, serta meraih juara GPMB pada dua tahun berturut-turut yakni 1991 dan 1992 menjadikan ekstrakurikuler SMAN 3 Jakarta tersebut sebagai salah satu unit yang disegani di masanya. Sayangnya, kita "kehilangan" jawara dari sekolah negeri tersebut seiring perubahan mereka menjadi unit umum di tahun 2003 dengan nama Gita Teladan Drum and Brass Corps.

SMAN 1 Denpasar in GPMB 2010. Sumber : youtube.com
Di milenium baru, keikutsertaan marching band sekolah negeri di GPMB bisa dibilang sangat minim. Sejak prestasi luar biasa SMAN 1 Denpasar di tahun 2004, belum ada lagi sekolah negeri yang berprestasi luar biasa di GPMB. Jangankan berprestasi, untuk ikut serta saja sangat langka. Kemunculan lagi sekolah negeri di GPMB terjadi pada tahun 2010 kembali dari SMAN 1 Denpasar dengan Suara Smansa Manggala Dara-nya. Sayangnya, tidak seperti tahun 2004 di mana mereka sanggup mengungguli Santa Ursula, di tahun 2010 juara divisi sekolah harus direbut kembali oleh sekolah khusus putri tersebut.

Seolah menjadi momentum, sejak tahun 2010 mulai banyak sekolah negeri yang mengirimkan perwakilan ke ranah GPMB. Di GPMB 2011, sekolah negeri kembali muncul diwakili oleh SMPN 1 Cirebon dan SMAN 2 Kotamobagu atas nama Gema Bahana Winaya dan Bahana Ambang. Masing-masing meraih peringkat 12 dan 13. Skip 1 tahun, di GPMB 2013 sekolah negeri boleh mulai berbangga karena ada beberapa wakil mereka yang mulai menunjukkan tajinya. SMP/SMA Negeri 1 Lemahabang Karawang, SMPN 1 Cirebon, dan SMPN 1 Klari menjadi perwakilan sekolah negeri yang unjuk gigi di GPMB. Setahun berikutnya, SMP/SMA Negeri 1 Lemahabang Karawang bahkan secara luar biasa melesat ke peringkat 8 divisi umum, melangkahi kakak-kakak mereka dari UPN Yogyakarta dan ITB Bandung.

Meski memiliki perwakilan, tapi kalau menurut saya pribadi, eksistensi unit-unit marching band di sekolah negeri masih sangat memprihatinkan. Sebenarnya ada banyak sekali unit-unit marching band sekolah negeri. Di Jakarta sendiri ada Wiramadhara Vijaya dari SMAN 14 Jakarta, MBrass 68 dari SMAN 68 Jakarta, MB Gita Widya Bahana dari SMAN 47 Jakarta, dan lainnya yang mungkin tidak semuanya tertangkap radar saya. Sayangnya, karena manajemen dan dukungan yang setengah-setengah atau cenderung tidak ada, akhirnya unit-unit tersebut tidak dapat berkembang untuk mencapai level setidaknya GPMB.

Unit sekolah biasanya memiliki siklus singkat, di mana kelas X mereka baru mengenal marching band dan alat-alatnya serta teknisnya, kelas XI mereka sudah harus menjadi pengurus yang sambil main, kelas XII biasanya sudah disuruh off karena harus fokus ujian nasional. Alhasil, perputaran siklus yang hanya 2 tahun tersebut membuat potensi unit sekolah tersebut tidak maksimal.

Dukungan dari pihak non-siswa jelas sangat dibutuhkan. Bisa jadi, itulah yang membedakan antara unit sekolah negeri dan lainnya. Sepanjang pengalaman saya mengajar di sekolah negeri, anak-anak harus sangat bekerja ekstra keras untuk mengikuti suatu kejuaraan. Mereka kerap menjalani tiga peran sekaligus, siswa, pasukan, dan pengurus. Alih-alih mendapat dukungan orang tua dan sekolah, yang terjadi kerap sebaliknya. Hal yang sangat kontras pasti terlihat apabila kita datang ke GPMB lalu melewati basecamp unit-unit sekolah lain yang tidak negeri seperti Santa Ursula, Tarakanita, mau pun Sekolah Cendana. Dukungan yang melimpah ruah sangat terlihat seolah satu-satunya yang perlu dilakukan oleh pasukannya hanyalah latihan.

SMAN 1 Denpasar, SMP/SMA Negeri 1 Lemahabang Karawang, SMPN 1 Cirebon, SMPN 1 Klari, dan SMAN 2 Kotamobagu Sulut adalah contoh contoh yang dapat dipelajari bagaimana seharusnya mengelola unit marching band di sekolah negeri. Sebuah contoh yang harus dipelajari oleh siswanya selaku pengurus, orang tua, alumni, dan sekolah terutama sebagai penaung utama dari suatu unit. Pasalnya, mereka juga 'cuma' anak SMA, dari sekolah yang jaraknya sangat jauh untuk mencapai Istora Senayan, tapi mereka sanggup melakukannya. Sedangkan, dari sejak dimulainya GPMB hingga memasuki usia ke-30, belum ada satu pun sekolah negeri di Jakarta, kota yang katanya elit, yang menginjakkan kaki di lantai kuning.

Lah. Kenapa jadi makin mengecil ke Jakarta yah. Hehehe. Ya, secara umum, seharusnya unit marching band sekolah negeri dapat lebih berkembang lagi. Jangan kalah sama sekolah-sekolah non negeri. Bagaimana pun, sekolah negeri kan harusnya yang punya link langsung ke pemerintahan, seharusnya ada dukungan tersendiri dong. Hehehe. Jangan sampai terlena dengan sejarah prestasi SMAN 1 Denpasar di GPMB 2004 sehingga kita lupa kalau itu sudah 11 tahun yang lalu dan belum ada lagi unit sekolah negeri yang sanggup berprestasi maksimal. Jangan lupa kalau juara GPMB 2013, BCK Duri, adalah sekolahan. Juara 2 dan 3 GPMB 2014 pun sekolahan juga. Jadi, SDM nya berpotensi nih, tinggal pihak di luar pasukan dari para unit sekolah negeri apakah dapat memberi dukungan yang layak atau tidak. Ingat, memiliki ekskul berupa unit marching band tidak sama dengan memiliki ekskul lain pada umumnya, sebagaimana memelihara singa tentu tidak sama dengan memelihara kucing, di mana orang akan mencibir jika singa yang kita pelihara tersebut tidak dapat mengaum karena kita tidak dapat memeliharanya dengan baik.

Comments

Post a Comment