Drones - Review and Story

Here come the DRONES !!!
Drones Artwork
Pada tanggal 9 Juni lalu, Muse baru saja merilis album ketujuh mereka : Drones. Album ini melanjutkan perjalanan mereka di industri musik setelah pada tahun 2012 lalu melepas The 2nd Law. Album berisi 12 track 10 lagu ini merupakan album konseptual pertama mereka yang memiliki dua cerita di dalamnya. Cerita pertama mengisahkan tentang perjalanan psikologi manusia dari ditinggalkan dan putus asa, "bertarung" dengan indoktrinasi, sebelum akhirnya menemukan kembali jalannya. Cerita kedua merupakan spin off dari cerita pertama, mengisahkan sisi lain kehidupan di universe yang sama dengan cerita pertama. Selain menjadi album konseptual pertama, Drones disebut akan membawa Muse kembali ke akar asli mereka sebagai grup progressive alternative rock. Pasalnya, selama ini Muse memang dikenal sebagai grup yang suka bereksperimen hingga menghasilkan banyak genre di dalamnya, seperti orkestra, RnB, electro, classic, hingga dubstep. Hal tersebut dapat dilihat dari musik-musik mereka di album The Resistance dan The 2nd Law.

Kali ini, EZ berkesempatan untuk memberikan review terhadap album teranyar grup yang booming di Indonesia lewat single Time is Running Out-nya itu. Review yang akan EZ lakukan ini berusaha sesederhana mungkin karena review ini ditujukan untuk penikmat musik dan kamu yang belum kenal Muse sebelumnya. Langsung saja ya, ini dia review Drones track-by-track :

1) Dead Inside
Dead Inside Artwork
EZ mengutip kata-kata Bubba di Youtube : "Immediately Awkward". Pertama kali mendengarnya, kamu akan langsung teringat dua single Muse sebelumnya, yaitu Undisclosed Desires dan Madness. Lagu ini cukup catchy, lebih nge-beat dibanding Undisclosed Desires dan lebih nge-rock dibanding Madness. Yang buat unik adalah bunyi synth yang sesekali muncul, seolah menegaskan kalau lagu ini adalah lagu RnB. Menurut EZ, Dead Inside adalah transisi dari album The 2nd Law menuju Drones. Hal tersebut EZ amati dari perubahan nuansa setelah solo. 

Buat EZ sendiri, EZ perlu sekitar 5 kali mendengarnya sampai menyukai lagu ini. Pasalnya, Dead Inside benar-benar di luar perkiraan. Sebenarnya EZ sudah sedikit menduga, apakah Dead Inside akan seperti Madness, judulnya sangar tapi ternyata lagunya electro? Mengingat Muse mengatakan akan kembali ke akar progressive rock, EZ sempat menghilangkan kecurigaan itu, sampai dirilislah single ini. Hahaha.  

Story :  Lagu ini mengambil sudut pandang orang pertama (si tokoh). Dalam lagu ini, diceritakan si tokoh utama baru putus sama kekasihnya. Ia ditinggalkan sampai ia merasa putus asa dan akhirnya ia 'mati'. Inilah awal perjalanan kelam si tokoh utama.

On the outside I'm the greatest guy
Now I'm dead inside!

2. [Drill Sergeant] + Psycho
Psycho Artwork
EZ penasaran, siapa yang menyangka kalau "obrolan" antara jenderal dan tentaranya di awal lagu adalah [Drill Sergeant] sebelum Muse merilis durasi track mereka? EZ aja baru tahu setelah durasinya rilis. Hahaha.

Menurut EZ, kelemahan lagu ini cuma banyaknya repetisi aja sih, padahal secara musik dan tema oke banget! Buat kalian yang belum mengenal Muse, coba tonton video konser-konser Muse, kalian pasti akan menemukan asal muasal riff yang digunakan dalam lagu ini. Bisa dibilang, Matt memulangkan riff yang sering dimainkannya saat live ke lagu ini.

Lagu ini adalah salah satu lagu di Drones yang Muse banget, kecuali untuk liriknya. Liriknya mengandung banyak swearing sehingga disebut terlalu ofensif untuk diputar di radio. Tapi, belum lama ini Muse memainkan lagu ini live di acara Jools Holland. Whaaat!? Padahal, EZ yakin lagu ini bisa menjaring banyak penggemar baru karena lagunya yang memang easy listening.

Story : Lagu ini diambil dari sudut pandang orang kedua, yaitu dalam hal ini adalah si jenderal. Si tokoh, yang sebelumnya 'mati' dan tenggelam dalam keputusasaan, didoktrinasi oleh si f*cking Psycho ini sehingga ia dijadikan mesin pembunuh. 

Your mind is just a program
And I'm the virus
I'm changing the station
I'll improve your thresholds
I'll turn you into a super drone
3. Mercy
Mercy lyric video
Single kedua Drones setelah Dead Inside!
EZ setuju kalau banyak yang berkomentar Mercy adalah gabungan Starlight dan Bliss. Opening lagu yang dibuka oleh bass dan piano tentu sangat mengingatkan kita pada Starlight. Pada bagian reff, vokal yang tinggi mengingatkan kita pada Bliss dari era Origin of Symmetry.

Buat EZ, lagu ini termasuk easy listening. Sebuah track yang memang cocok untuk dijadikan single dan digunakan sebagai senjata untuk menjaring penggemar baru. Satu hal yang unik dari lagu ini adalah penyajian vokal yang memotong lirik di tempat yang aneh. Selain itu, Mercy cukup sederhana untuk di dengar, tidak ada riff yang rumit, pukulan drum yang kompleks, atau pun vokal falsetto yang menyusahkan Matt sendiri. So, just turn on your music and show me mercy! 

Story : Dalam lagu ini, si tokoh disebutkan sadar dari 'kematian'-nya. Ia menyadari ada sesuatu yang salah dengannya. Oleh karena itu, ia meminta pertolongan agar dilepaskan dari situasi tersebut.

Help me
I've fallen on the inside
And all the men in cloaks
Trying to devour my soul
4. Reapers
Reapers lyric video
Klimaks dari album ini menurut EZ ada di lagu ini. Begitu metal, rock, dan penuh show off dari masing-masing personelnya. Dibuka oleh permainan drum dari Dom, Matt langsung nyamber lewat permainan gitar yang aduhai. Suara drones yang diwakili oleh Chris semakin menambah keren lagu ini. Belum lagi, ditutup dengan 'mengerikan' oleh Chris dengan "Here come the drones!"-nya.

Reapers adalah track terbaik versi EZ. Kompleksitas lagunya, musiknya, lirik, dan vokal menjadikan lagu ini benar-benar menunjukkan Muse sebagai grup musik berkelas. EZ yakin, kamu yang baru tahu Muse pun pasti akan langsung suka sama lagu ini, dengan catatan kamu bukan orang yang pilih-pilih genre.

Story : Meski pun telah menyadari kesalahannya di Mercy, sang tokoh utama tidak bisa menampik bahwa ia sudah tenggelam dalam situasi yang salah. Ia sudah terlanjur berada di medan perang. Reapers menceritakan suasana perang tersebut, di mana si tokoh utama berperang melawan drones!

War, war just moved up a gear
I don't think I can handle the truth
I'm just a pawn, and we're all expendable
Incidentally electronically erased
By your...drones!
5. The Handler
The Handler and [JFK]+Defector Artwork
The Handler seolah mengobati rasa kangen para penggemar Muse akan lagu mereka yang kelam dan berat. Terakhir kali, lagu seperti itu bisa kamu dengar di era Origin of Symmetry melalui Microcuts, atau kalau tidak mau terlalu lama, Absolution juga punya lewat bonus track-nya : Fury. 

Kali ini, Muse menyajikannya lewat The Handler. Dibuka oleh hentakan drum bersahutan gitar ala old school rock, The Handler membawa pendengarnya kembali ke era Origin of Symmetry dengan nuansa kelamnya. Vokal dari Matt sendiri menurut EZ cukup membuat merinding. Kamu akan merasa ada orang di depanmu berjalan lunglai berlumuran darah menatapmu dengan tatapan tajam lalu mengatakan hal yang ada di lirik The Handler. Di tengah lagu, kamu akan mendengar solo yang tidak asing. Yap! Dengarlah In Your World dan kamu akan tahu maksud EZ. 

Story : The Handler menceritakan usaha dari si tokoh utama dalam melepaskan diri dari pengaruh si f*cking Psycho. Ia menyebut si f*cking Psycho sebagai The Handler, di mana ia tidak ingin lagi berada dalam kendalinya.

I won't let you control my feelings anymore
And I will no longer do as I am told
And I am no longer afraid to walk alone
Let me go
Let me be
I'm escaping from your grip
You will never own me again
 

6. [JFK] + Defector
Defector Lyric Video
Mari kita abaikan sedikit [JFK] yang isinya memang hanya pidato. Kita akan fokus ke Defector, salah satu lagu keren di album Drones.

Sebelum lagu ini rilis, banyak rumor merebak bahwa Defector adalah lagu Muse lain yang mendapat pengaruh Queen. Pertama mendengar itu, EZ pikir lagunya akan seperti United States of Eurasia atau Survival yang penuh dengan piano-thing ala Queen. Ternyata, kali ini pengaruh Queen merasuk ke vokal. Teknik yang EZ sebut sebagai stop-choir-vocal ala Queen sukses diimplementasi di Defector oleh Muse.

EZ sendiri langsung jatuh cinta sama lagu ini pas mendengar melodi gitar di bagian pembuka. Melodi yang terasa familiar tersebut langsung disambut oleh reff yang berisi vokal ala Queen tadi. Tidak lupa juga, Defector memiliki solo yang EZ sendiri mendeskripsikannya sebagai indah (beautiful). Solonya mungkin tidak sesangar Reapers, tidak juga seberat The Handler, tapi solo yang sekilas mirip solonya Invincible ini punya nuansa megah dan yaaa itu tadi....beautiful. 

Story : FREE!!! Si tokoh berhasil melepaskan diri dari jeratan si jenderal jahat. Si tokoh akhirnya kembali mendapatkan hidupnya kembali dan melepaskan diri dari sistem yang selama ini menjeratnya. Sampai sini, masa-masa kelam untuk si tokoh pun berlalu.
You think you're strong and you can't be broken
But your empire is dissolving
You thought, you thought I was weak
But you got it wrong
Look into my eyes
I'm a defector

7. Revolt
Revolt Artwork
Bukan Muse namanya kalau tidak memberi kejutan. Revolt ini salah satu kejutan yang diberikan oleh Matt Bellamy cs. Percaya tidak, kalau orang yang menyanyikan Reapers, The Handler, dan Psycho yang begitu "mengerikan" bisa membawakan lagu yang terasa riang gembira seperti Revolt?

Ya! Revolt adalah salah satu lagu Muse yang terdengar normal, di mana, lagu normal justru tidak normal untuk Muse. Hahaha. Revolt begitu catchy, nuansa pop rock yang ringan dan ceria ditawarkan Muse setelah kita dibawa gelap-gelapan di awal. EZ yakin, lagu ini mudah diterima masyarakat umum jika menjadi single. Buat EZ sendiri, EZ merasa Revolt mirip seperti beberapa lagu My Chemical Romance. Kalau kamu mengikuti cerita dari album ini, kamu pasti mengerti kenapa Revolt dibuat sedemikian 'bahagia'.

Story : Si tokoh kembali ke kehidupannya. Dalam lagu ini, Matt mengambil sudut pandang si tokoh seolah sedang berbicara kepada masyarakat di mana masyarakat tersebut masih berada di masa kelam seperti yang dialami si tokoh sebelumnya.

I can feel your pain
I can feel your confusion
I can see you’re trapped in a maze
Let’s find a way to escape

You’ve got strength
You’ve got soul
You’re not afraid
You’re not a drone

8. Aftermath
Aftermath Artwork
Aftermath adalah lagu terakhir dari cerita pertama. Saat mendengar lagu ini, kamu akan teringat pada Unintended atau pun Shine (Acoustic). Dengan awalan string yang menyayat dan petikan gitar ala lagu akustik, Aftermath merupakan lagu normal Muse lainnya selain Revolt.

Satu hal yang EZ suka banget dari Aftermath adalah lirik di reff-nya yang baper pisan! Solo di lagu ini pun terasa sedih sekaligus haru. Di bagian akhir saat vokal Chris mulai masuk, nuansa akan semakin haru dan baper. Buat kamu yang suka lagu-lagu galauan, Aftermath bisa jadi opsi.

Story : Si tokoh utama akhirnya menemukan kembali cintanya. Setelah di Dead Inside ia telah ditinggalkan oleh mantannya yang menyebabkan dirinya mengalami perjalanan suram, si tokoh kembali menemukan cinta di lagu ini. Dan mereka pun hidup bahagia selamanya. THE END.

From this moment
From this moment
You will never be alone
We're bound together
Now and forever
The loneliness has gone

Sebelum memasuki review sekaligus cerita kedua, yang EZ anggap sebagai spin off dari cerita pertama, perlu diketahui bahwa si tokoh utama tersebut adalah seorang wanita, dalam hal ini Matt menamainya Mary. Kamu bisa lihat dari video-video yang sudah dirilis oleh Muse terkait Drones, sebagian besar tokoh utamanya adalah wanita : video lirik Dead Inside dan Reapers serta video klip Dead Inside dan Mercy.

Lanjut!

9. The Globalist
The Globalist Artwork
The Globalist adalah salah satu lagu yang ditunggu-tunggu dari album Drones. Disebut-sebut sebagai sekuel dari Citizen Erased, The Globalist dijanjikan Matt sebagai "ten minute prog-rock nightmare". Sebenernya karena bawa-bawa Citizen Erased, EZ jadi berharap The Globalis akan menampilkan epic rock seperti Citizen Erased, tapi ternyata bukan. Sedikit kecewa sih, tapi kan memang salah EZ sendiri yang berharap gara-gara terbawa rumor. Hahaha.

The Globalist terdiri dari 3 part yang EZ sebut sebagai Ballad 1, Progressive Bridge, dan Ballad 2. Dibuka oleh efek siulan, Ballad 1 masuk dengan petikan gitar santai ala Matt. Progressive Bridge, yang diduga diambil dari Helsinki Jam, menjadi penghubung yang seru sebelum masuk ke Ballad 2. Ballad 2 sendiri lebih banyak unsur piano dan ada beberapa part mirip I Belong to You. Satu hal yang EZ suka, efek choir di vokal belakangnya membuat lagu ini semakin membuat merinding.

Secara keseluruhan, The Globalist merupakan masterpiece lain dari Muse. Perpaduan klasik dan progresif membuat The Globalist memiliki keunikan tersendiri dibanding track lain di album ini.

Story : Dua lagu terakhir adalah spin off dari kisah Mary, masih di universe yang sama. Kita umpamakan bahwa apa yang terjadi pada Mary tidaklah khusus. Seperti yang dikisahkan melalui Revolt, kejadian tersebut menimpa banyak orang. Jadi, di antara banyak orang tersebut ambillah satu tokoh lain, sebut saja Lex.

Lex pun mengalami hal yang sama seperti Mary, mulai dari Dead Inside, Psycho, Mercy, dan Reapers. Hanya saja, jika Mary akhirnya 'selamat' melalui The Handler dan Defector, dan menemukan hidupnya kembali di Revolt dan Aftermath, Lex justru semakin terbenam dalam kegelapan. Ia tidak hanya berhasil dipengaruhi oleh si jenderal jahat seperti dikisahkan Psycho, namun ia juga dipengaruhi oleh sang Diktator yang dikisahkan melalui The Globalist.

Ballad 1 mengambil sudut pandang si Diktator yang mempengaruhi Lex sehingga ia pun menjadi Diktator Baru.

Free your mind from false beliefs
You can be the commander in chief
You can hide your true motives
To dismantle and destroy


Progressive Bridge memberikan efek ketika Lex menghancurkan dunia menggunakan Drones yang dikirim ke seluruh pelosok bumi dan melepaskan misil.

10,9,8,7,6,5,4,3,2,1
Fire

Ballad 2 mengambil sudut pandang si Lex yang telah menghancurkan dunia. Ada rasa penyesalan di sana karena telah menghancurkan segalanya, padahal ia hanya ingin dicintai.

There's no culture left
To love and cherish
It's gone, you know it's gone for good
A trillion memories
Lost in space and time forevermore
I just wanted
I just needed to be loved 

Kalau kamu lihat di atas, ada kata "You" dan "I" di sana. "I" jelas merujuk pada Lex, si Diktator Baru yang telah menghancurkan dunia. Dan, "You" di sini adalah Mary! Ya, jadi cinta baru yang ditemui Mary di Aftermath adalah Lex, sang Diktator Baru yang kesepian dan ingin dicintai, namun jalannya salah dengan menghancurkan seluruh dunia. Akhirnya, tinggal mereka berdua lah yang tersisa di dunia, berjuang membangun kembali dunia yang telah tiada.

It's you and me babe
Survivors
To hunt and gather memories
Of the great nation we were

10. Drones
Kejutan lain yang disuguhkan Muse. Setelah tiba-tiba membuat lagu pop-rock yang catchy melalui Revolt, Muse kembali mengejutkan penggemarnya dengan membuat lagu acapella!

Ya! Kamu tidak akan mendengar petikan gitar ala Matt, dentuman drum ala Dom, atau pun cabikan bass ala Chris di Drones. Dalam track ini, kamu hanya akan mendengar nyanyian yang menyayat hati. Kumpulan vokal yang begitu mistis, pedih, dan sedih.

Story : Tidak ada cerita yang terkait dengan cerita sebelumnya dalam lagu ini. Drones berisi jeritan, tangisan, raungan para jiwa dari orang-orang yang mati karena kekejaman si Lex di The Globalist. Bisa dibilang, kamu akan mendengar nyanyian hantu di track ini. Hantu yang mempertanyakan tindakan Lex yang telah membunuhnya.

Our lives between...
Finger and your...
Can you feel anything?
Are you dead inside?
Now you can kill
From the safety of your home
With drones


Itu lah review dan sedikit paparan cerita dari album teranyar Muse : Drones. Bagaimana? Seru ya ternyata kalau kita mengikuti ceritanya. Begitu kompleks dan ada twist. Cerita tentang albumnya sendiri EZ kembangkan dari musewiki.org. EZ coba kembangkan agar menjadi cerita utuh yang dapat dibayangkan tanpa mengubah esensi aslinya.

Dari albumnya sendiri, Drones adalah album yang luar biasa. Hingga album ketujuh, Muse menunjukkan konsistensi yang luar biasa dalam menelurkan lagu-lagu unik dan tidak bisa ditebak. EZ sendiri tidak pernah bosan mendengar Drones karena tiap tracknya menawarkan nuansa berbeda. Bayangkan semua lagu seperti Reapers? atau 12 track di Drones lagunya seperti The Handler? Pasti keren, tapi untuk jangka pendek. Itulah yang membuat Drones ini layak menjadi koleksi CD mu di lemari atau m4a-mu (kalau kamu beli di i-Tunes, formatnya akan m4a, bukan mp3) di laptop.

Pesan EZ, kalau kamu penggemar Muse, beli lah karya mereka. Proses kreatif itu tak bernilai loh harganya. Kalau kamu baru dan mau kenal Muse, silahkan kepo channel Youtube mereka dan rasakan keunikan mereka. So, turn on your music and 5, 4, 3, 2, 1... FIRE !

Comments