![]() |
Sumber gambar: bolaskor.com |
Jadi, ceritanya saya membaca sebuah tulisan di Linkedin, dan menurut saya topik yang diangkat cukup menarik. Tulisan tersebut membahas karir seseorang yang dianalogikan dengan karir dua mega bintang sepakbola: Lionel Messi dan Cristiano Ronaldo. Tidak bisa dipungkiri, persaingan dua mega bintang tersebut di ranah sepakbola menjadi perhatian dengan masing-masing seolah mewakili tipe manusia yang ada di dunia: Messi mewakili sosok loyalis dan orang berbakat, sedangkan Ronaldo mewakili sosok pencari tantangan dan pekerja keras. Dalam tulisan tersebut, aspek yang diangkat adalah mengenai bagaimana Messi yang merupakan seorang loyalis di Barcelona disandingkan dengan Ronaldo sang pencari tantangan. Dalam dunia kerja, sosok Messi dianggap mewakili loyalis perusahaan sedangkan Ronaldo dianggap mewakili mereka yang kerap disebut 'kutu loncat'.
Namun, kita tentu tidak bisa melihat Messi dan Ronaldo hanya sekadar dari klub yang mereka bela. Lebih jauh, kita perlu melihat bagaimana perjalanan yang dialami keduanya dalam karir mereka di sepakbola, yang mungkin bisa kita tarik sebagai analogi yang relate dengan dunia kita di kantor.
Messi - The One Man Club
Messi memang saat ini belum pensiun sehingga label One Man Club sejatinya belum tepat untuk disandingkan sekarang. Namun, jika kita melihat situasi yang dimiliki Messi saat ini (setidaknya dari kacamata orang luar), kita tidak bisa menemukan alasan bagi Messi untuk pindah ke klub lain.
Messi memulai karirnya di Barcelona, sebuah klub besar asal Spanyol dengan segudang prestasi dan nama besar. Dari situ saja, kita bisa langsung melihat faktor yang membuat Messi menjadi calon kuat masuk ke jajaran One Man Club. Tidak hanya memulai karir di Barcelona, Messi juga berkontribusi besar dan mendapat apresiasi yang luar biasa dari klub dan supporter. Alhasil, Messi kini telah bertransformasi dari pemain promosi tim yunior menjadi kapten tim utama.
Kita bisa menyebut perjalanan karir Messi sebagai top starter. Layaknya Messi, di dunia kerja, kita seringkali melihat teman-teman seangkatan kita yang baru lulus sudah bisa langsung diterima di perusahaan besar dengan kontribusi dan apresiasi yang sepadan. Oleh karena itu, tidak heran para top starter ini memiliki karakteristik yaitu loyal di tempatnya bernaung, atau setidaknya dia akan menghabiskan waktu yang saangat lama sebelum akhirnya memutuskan apakah tetap di sana atau hijrah.
Ronaldo - The Challenger
Berbeda dengan Messi yang memulai karir di klub sebesar Barcelona, Ronaldo tidak memulai karir di klub yang 'wah'. Ronaldo memulai karir di Sporting Lisbon, salah satu klub besar di Portugal. Jelas, Sporting Lisbon memiliki level yang berbeda dengan Barcelona. Bahkan di Portugal sendiri, meski termasuk 3 besar penguasa Liga Primera, Sporting Lisbon berada di urutan terakhir pemilik gelar juara liga terbanyak di bawah Benfica dan Porto.
Selepas dari Sporting, Ronaldo pindah ke Manchester United (MU). Jelas, kepindahannya ini adalah sebuah peningkatan karir bagi Ronaldo. Ditambah, Ronaldo tidak tenggelam di MU, melainkan tetap menjadi pemain kunci dan berkontribusi besar bagi Setan Merah pada masanya. Perjalanan Ronaldo dari Sporting ke MU menjadi hal yang cukup umum di dunia kerja, yaitu pindah dari satu perusahaan ke perusahaan yang lebih besar.
Setelah 6 musim di MU, Ronaldo memutuskan pindah ke Real Madrid. Tanpa bermaksud mengecilkan MU, tapi jika kita membandingkan MU dan Madrid, kita tentu sepakat jika Madrid secara keseluruhan adalah tim yang lebih baik dari MU, terlepas adanya periode naik turun bagi masing-masing klub. Kepindahan Ronaldo kali ini sejatinya masih sama dengan kepindahan sebelumnya, yaitu pindah ke tempat yang lebih baik. Dilansir di suatu media, alasan Ronaldo menerima tawaran Madrid pun karena tantangan dan keinginan untuk membuktikan diri kalau dia bisa tetap bermain bagus di level yang lebih tinggi.
Selama di Madrid, Ronaldo sebetulnya sudah menyamai kehidupan Messi, yaitu bermain untuk klub besar, menjadi pemain kunci, kesayangan fans, dan meraih banyak trofi. Di titik ini, kita bisa melihat kalau Ronaldo sebetulnya sudah tidak memiliki alasan untuk pindah dari Madrid. Sama lah seperti seorang pegawai yang memulai karir dari perusahaan biasa dan sekarang akhirnya sudah berada di perusahaan besar dengan jabatan dan karir yang oke serta pemenuhan kebutuhan hidup yang lebih dari cukup. Di titik ini, kita tidak bisa melihat alasan untuk orang tersebut resign.
Di sini lah pola pikir akhirnya bermain. Berada di level yang (akhirnya) sama, Ronaldo yang sudah terbiasa menantang diri sendiri akhirnya tetap memutuskan untuk pindah dari zona nyamannya di Madrid untung menantang diri di liga yang terkenal dengan pertahanannya: Liga Italia. Meski sempat dicibir karena bilangnya mau cari tantangan tapi pindahnya ke Juventus (yang baru saja menang Scudetto berturut-turut), liga yang menjadi tujuannya tetap masuk akal sebagai tempat untuk mencari tantangan.
Sedangkan Messi, yang sudah begitu lekat dengan Barcelona tetap memutuskan untuk tinggal di klub yang membesarkan namanya. Apakah itu artinya Messi tidak menyukai tantangan? Tidak juga. Selama Messi di Barcelona, klub tersebut sudah mengalami berbagai macam perubahan, mulai dari perubahan pelatih, sponsor, dan rekan setim. Kehilangan Neymar, Iniesta, Ronaldinho, dan Xavi merupakan tantangan bagi Messi dalam bentuk yang berbeda.
---000---
Memang, dalam konteks Messi dan Ronaldo, ada aspek lain yang tidak terlihat, yaitu bagaimana kehidupan non teknis di klubnya. Ada beberapa pemain lain yang bisa kita jadikan analogi dalam perjalanan karir kita, seperti Zlatan Ibrahimovic sang tentara bayaran, Paolo Maldini yang setia di Milan bahkan ketika klub tersebut terdegradasi ke Serie-B, David Beckham yang sebetulnya bisa menjadi One Man Club andai tidak konflik dengan sang pelatih, Neymar yang memutuskan pindah ke klub 'start-up', atau pemain-pemain lain yang memutuskan "turun" level ke liga Asia tapi mendapat pemasukan yang "naik".
Jadi, baik kita loyalis atau pun kutu loncat, apapun yang menjadi pertimbangan kita dalam berkarir tidak ada yang salah. Soalnya, setiap manusia itu unik, mereka memiliki pola pikir, tanggungan keluarga, gaya bekerja, standar hidup, dan banyak aspek lainnya yang tidak bisa disamakan satu dengan yang lainnya. Yang terpenting adalah kontribusi, dan tetap berikan yang terbaik di 'klub' manapun kita berlabuh.
Comments
Post a Comment