Mengapa Justice League Dark: Apokolips War Itu Keren

Kalau kalian sudah menonton Avengers: Infinity War dan Avengers: End Game, kalian pasti bisa menebak dengan mudah plot cerita dari Justice League Dark: Apokolips War seperti apa. Yup! Diawali dengan kekalahan dan diakhiri dengan kemenangan. Kalau kita bertanya 'what' terhadap plotnya, maka jawabannya mudah terjawab. Tapi, pertanyaan yang menarik adalah: "How". Bagaimana superhero yang sudah kalah bisa membalas kekalahannya? Dengan kondisi kekuatan penuh saja tumbang, apalagi dengan kondisi compang-camping.

Meski memiliki plot, solusi, dan konklusi yang mirip, saya pribadi lebih menyukai Apokolips War ketimbang End Game. Bukan, bukan. Bukan karena saya fans DC atau karena Apokolips War lebih bagus, tapi karena ada 3 unsur yang bagi saya pribadi merupakan sesuatu yang menarik.

1) Konsistensi
Darkseid kalah oleh Justice League

Di sini saya dengan yakin menyatakan kalau DARKSEID ITU LEMAH!

Sebagai antagonis utama dalam semesta DC AMU, Darkseid memang diceritakan sebagai lawan yang kuat. Tapi, kuatnya sebatas setara Superman. Dalam Justice League: War, Darkseid bisa dikalahkan Justice League yang formasinya masih awal. Padahal, Doomsday bisa mengacak-acak Justice League yang sudah bertambah Martian Manhunter, Hawkman, dan Aquaman.

Bagusnya, level kekuatan tersebut konsisten sampai di Apokolips War. Kemenangan Darkseid pada scene awal film tidak lain karena peran Paradooms yang membantai pada superhero. Pada momen pembalasan, Darkseid yang langsung turun tangan nyatanya hanya seimbang oleh Superman dan bahkan bisa dipojokkan oleh Trigon.

2) Rencana 

Menghancurkan mesin Darkseid

Information is a new gold!

Di scene awal, sebetulnya rencana Superman sudah bagus. Menurut saya, kalau Darkseid tidak berbuat curang dengan mengintip rencana mereka di awal, pasti udah kalah itu Darkseid. Kenapa? Selain Justice League sudah mengetahui kelemahan Parademon, seperti yang saya sebutkan di poin 1, kekuatan Darkseid pada dasarnya nggak terlalu OP di hadapan Justice League. Sayangnya, Darkseid sudah mengetahui rencana Justice League sehingga dia menyiapkan Paradooms yang tidak pernah diperhitungkan oleh para superhero.

Pada rencana kedua, ketika Paradooms sudah masuk ke dalam parameter yang harus diperhitungkan, rencana pun akhirnya berjalan dengan cukup baik. Kemunculan Darkseid yang tiba-tiba di Apokolips ternyata tidak terlalu mengganggu rencana yang telah disusun. Superman bisa mengatasi Darkseid, bahkan Trigon bisa memojokkan The New God. Yup! Paradooms (jamak) > Doomsday > Darkseid. No debate!

3) Kematian

Pembantaian Paradooms

Ini yang menurut saya seharusnya dibawa DC ke layar lebar versi live action. Alih-alih mengikuti Marvel dengan menyajikan superhero anak-anak, DC bisa memanfaatkan imej dark-nya untuk menyajikan sesuatu yang berbeda. 

Di Apokolips War, hampir 80% superhero dibantai Paradooms tanpa tedeng aling-aling. Ketika Darkseid masih bisa basa-basi sebelum melancarkan serangan pamungkasnya (yang akhirnya diinterupsi Trigon), Paradooms lebih efektif dalam menghabisi para superhero. Adegan Paradooms memakan, menusuk, membelah, dan membunuh para pahlawan, lalu tampilan organ tubuh dan darah di mana-mana, menjadi sajian utama dari Apokolips War. Dan juga, adegan yang cukup realistis disajikan ketika Lady Shiva secara tepat terkena headshot dan Cheetah terkena tembakan secara telak. Alih-alih menampilkan pasukan trainee ala Stormtroopers-nya Start Wars, pasukan di Apokolips War masih lebih masuk akal.

Demikian 3 unsur yang membuat saya lebih menyukai Apokolips War ketimbang End Game. Sekali lagi, bukan karena Apokolips War lebih bagus ketimbang End Game ya. Sayangnya, sebagaimana X-Men: Days of Future Past dan Avengers: End Game, para superhero kita rasanya tidak pernah mau menerima New Normal. Di ending film ini, seluruh realita di lini masa ini dihapus oleh The Flash yang kembali melakukan Flashpoint. Pertanyaannya, ke realita mana lagi Flashpoint akan membawa Justice League?

Comments